Blog oleh Hanif

Menemukan Taleb (Lagi)

Ekspresi kesenangan saya membaca kembali ide-ide Nassim Taleb.

Setelah Black Swan menstimulasi pikiran saya sekitar satu tahun lalu, rasanya seperti dibuat lupa dengan Nassim Taleb. Idenya begitu seksi, tapi-entah-bagaimana saya melupakannya. Oke, mungkin tidak melupakan. Sejak pertama menemukan Taleb, idenya sudah terlanjur mengendap dan tidak hilang (kalau hilang, saya tidak akan memutuskan untuk mengulik ulang dia dalam beberapa hari ini). Tanpa saya sadari, ia menjangkiti cara saya berpikir; sedikit atau banyak. Yang saya lupakan adalah “mengunyah” ide-ide Taleb. Saya rasa, pemikir-pemikir hebat adalah mereka yang ide-idenya tidak bisa dimampatkan jadi ringkasan 1 halaman, tidak bisa dicerna hanya lewat satu kali baca (dan bangsatnya buku mereka yang tebal itu seringkali butuh waktu tahunan hanya untuk ditamatkan), dan terus berevolusi seiring pembacanya (mereka yang terjangkit oleh ide-ide tersebut) semakin mendewasa secara intelektual. Dan… Nassim Taleb ada di posisi ini.

Maka untuk memahami Taleb—segerombolan ide-ide seperti fragility, fat tail beserta turunan-turunannya seperti layer dalam fragility atau stabilitas buatan yang sesungguhnya fragile atau kebodohan para ekonom atau optionality atau lainnya—saya perlu banyak “mengunyah”: melamun, menuliskan ulang, memikirkan skenario dalam kehidupan sendiri (saat ini seringkali soal finansial), berimajinasi. Kalau tidak begitu, ide-ide ini hanya menjadi menarik, tapi lama kelamaan tergerus applicability-nya. Ia hanya menjadi karikatur dari ide yang sebenarnya. Seperti mengganti rumah dengan foto rumah, mengganti buku dengan ringkasan ala PPT, mengganti film dengan trailer. Menarik saja, tapi kosong.

Dan ketika membaca Black Swan + Antifragile dalam beberapa hari terakhir (terima kasih sekali kepada perpustakaan UI yang menyediakan kedua buku ini), kepala saya meledak kembali. Memang, ide-ide brilian (yang benar-benar brilian) tidak akan pernah benar-benar lepas dari pikiran. Begitu nyangkut, mereka akan terus hinggap; hanya kadang-kadang layu, lalu kadang-kadang mekar kembali—memperlihatkan sisi-sisi yang sebelumnya tidak terlihat.

Ada beberapa hal yang bisa dikatakan tentang Nassim Taleb. Pertama, Nassim Taleb adalah penulis yang lucu. Sangat lucu. Tipe lucu-tanpa-mencoba-melucu. Dalam satu halaman, saya bisa terkekeh beberapa kali—sebagian besar karena ejekan dia kepada berbagai macam pihak (termasuk, seringkali, kepada identitas-identitas yang melekat pada diri saya sendiri). Favoritnya ekonom. Seringkali profesor dan peraih Nobel dan birokrat. Kedua, ia sangat mengganggu. Memaksa saya mempertanyakan ulang jurusan kuliah saya (ilmu politik), kredibilitas pengetahuan saya (ilmu politik), keputusan-keputusan saya (investasi saham, belajar menulis), aturan saya dalam berkegiatan (scheduling, menghindari procrastination, memburu informasi) atau cara saya bersikap (kecemasan yang tidak perlu, rasa santai di tempat yang sepertinya salah). Ketiga, idenya dalam. Sangat dalam (buat pikiran saya, tentu saja).

Membaca Taleb seperti menikmati tur tentang satu ide besar yang menampung banyak sekali konsep: fragility, robustness, antifragility, Mediocristan, Extremistan, fat tails/Black Swan, volatility, option, dan seterusnya. Kita diajak ke berbagai tempat begitu menarik dan saling berhubungan, berjejaring satu sama lain. Kamu bisa memulai dari beberapa ide mendasar. Kemudian dari sana berkelana dan menggali lebih dalam. Misalnya, dari Extremistan dan Mediocristan. Intinya sederhana: ada “wilayah” dimana perbedaan antar “penduduknya” tidaklah ekstrem = Mediocristan. Kemudian ada “wilayah” dimana sebagian besar “penduduk” (anggap saja 99.99% penduduk atau lebih kecil lagi) tidak berbeda secara ekstrem, kecuali segelintir kecil dari mereka (mungkin 0.01% atau lebih kecil).

Ambil contoh mudah: tinggi badan manusia. Selisih antar tinggi badan semua orang di dunia tidaklah ekstrem. Rata-rata tinggi badan pria adalah 174 cm. Paling tinggi 250 cm. Paling pendek 60 cm. Pria tertinggi tingginya tidak sampai 2 kali rata-rata. Pria terpendek tingginya tidak sampai 1/3 dari rata-rata. Ambil 100 pria bertinggi rata-rata dan tambahkan 1 orang paling tinggi: jumlah rata-ratanya tidak akan berganti banyak (dari 174 cm ke 174.7 cm). Maka, teman-teman yang berbahagia, tinggi badan manusia = Mediocristan.

Bandingkan dengan kekayaan penduduk Indonesia. Rata-rata kekayaan kita 35 juta. Banyak orang hartanya minus karena berhutang, tapi katakanlah orang termiskin hartanya 1 juta. Lalu, orang terkaya di Indonesia Hartono Bersaudara dengan harta kekayaan 747 triliun alias 747.000.000.000 juta. Maka, Hartono bersaudara 21.342.857.142 atau 21 miliar kali lebih kaya dari rata-rata orang! [bandingkan dengan pria tertinggi yang tidak sampai 2 kali lebih tinggi dari rata-rata orang]. Ambil 1000 berharta rata-rata dan tambahkan Hartono Bersaudara: jumlah rataannya akan berubah banyak (dari 35 juta ke 746 miliar). Maka, teman-teman yang berbahagia, harta kekayaan (di dunia modern yang dihitung dengan uang) = Extremistan.

Apa implikasinya? Banyak. Kita coba eksplor satu hal. Bayangkan orang yang mau membuat prediksi dengan random sampling terhadap kekayaan penduduk. Perbedaan rataannya bisa berubah sangat sangat sangat sangat jauh apabila ia kebetulan menemukan 1 persen (atau bahkan mungkin 10 persen) orang terkaya di sampelnya. Artinya: tidak bisa prediksi rata-rata kekayaan penduduk dengan random sampling. Atau, lebih penting lagi, rata-rata kekayaan penduduk Indonesia sama sekali bukan gambaran tepat untuk melihat keadaan ekonomi rakyat—bayangkan kasus 1000 penghasil rata-rata ditambah Hartono Bersaudara di atas.

Dan seterusnya…

Tentu, bagian paling menarik adalah ketika kita menarik ide ini untuk mengambil keputusan. Dengan kata lain, bagaimana cara untuk (meminjam kata Taleb) menjadi non-sucker alias non-pecundang alias non-idiot alias non-menyedihkan dengan menerapkan ide ini. Dan dari sinilah, teman-teman yang berbahagia, ide ini menjadi berkali-kali-kali lipat lebih menarik.

Yah, begitulah soal Taleb. Silakan baca bukunya atau baca Medium-nya atau nonton interview-nya kalau tertarik.

kategori: renungan singkat | lainnya |