Blog oleh Hanif

Kind of Blue, Modal Jazz dan Cara Kita Mengapresiasi Musik

Tentang Kind of Blue yang tidak bosan gua dengarkan sampai sekarang.

Perkenalan gua yang pertama-tama terhadap jazz dimulai sekitar empat tahun yang lalu dengan Kind of Blue, sebuah album karya Miles Davis. Sejak dibuat jatuh cinta dengan bebunyian di dalamnya, gue mulai coba-coba mendengarkan musisi-musisi jazz lain: Thelonius Monk, John Coltrane, Eric Dolphy, sampai Herbie Hancock.

Akan tetapi, hingga sekarang, gua masih belum bisa moving on. Setiap merasa ingin mendengarkan jazz (atau musik saja secara umum), ketimbang mengeksplorasi musisi atau album-album baru, pilihan seringkali jatuh pada Kind of Blue—walaupun dalam setahun belakangan A Love Supreme, My Favorite Things dan Giant Steps-nya Coltrane seringkali berebut tempat.

Deep dan Catchy

Gua pernah coba-coba mendengarkan album yang terasa lebih “planet” dan punya semacam “edge” dari Sun Ra atau Eric Dolphy. Tapi bebunyian mereka masih belum benar-benar “masuk”. Buat gua, Kind of Blue, bahkan sejak pendengaran pertama, sudah punya kesan kuat. Ia terasa dalam: kaya akan ekspresi, sekaligus kompleks (setidaknya secara emosional) dan memberikan pengalaman mendengarkan yang baru. Di sisi lain, album ini juga catchy, nada-nadanya “mudah ditangkap” dan mengalir mulus saja ke dalam telinga.

Kombinasi deep dan catchy adalah kombo mematikan.

Kalau cuma catchy, tidak butuh waktu lama bagi gua buat merasa muak. Hal ini gua sadari sendiri ketika membuat playlist berisi lagu-lagu easy listening yang gua sukai. Isinya sekitar tiga puluhan lagu, dan baru masuk ke lagu kelima ternyata gua sudah enek. Hahaha.

Kalau cuma deep, sebenarnya masih mending. Gua rasa ini cuma masalah gua-nya saja untuk pelan-pelan meluangkan waktu untuk mengenal dan menyelami musiknya. Apa yang gua maksud dengan musik yang deep? Sederhana, sih. Gampangnya mungkin dengan menjabarkan beberapa indikator: 1) membuat gua merasakan banyak hal: sedih, haru, (seperti) in-ritual, bersemangat, tenang dan lain-lain hanya dalam satu gagasan musikal (i.e. : satu lagu atau satu album); 2) membuat gua merasakan pengalaman emosional yang baru dan asing (ada sedih yang tidak begitu bisa dikatakan sebagai sedih atau marah yang tidak begitu bisa dikatakan sebagai marah atau lainnya); 3) Setiap mendengarkan ulang, selalu ada kebaruan, suatu pengalaman mendengarkan yang beda.

Dan bagi gua, Kind of Blue—sejak pendengaran pertama—sudah mencakup keduanya.

Modality dan Visi Artistik Miles Davis

Pengetahuan gua soal teori musik hampir nol. Teknik bermain instrumen juga gak beda-beda jauh. Jadi, apresiasi gua terhadap musik sangat bergantung pada insting dan kepekaan emosional. Akan tetapi, rupanya sedikit pengetahuan soal suatu proyek musik—entah visi artistik dari para musisi di dalamnya, proses perekaman, chord yang digunakan, struktur lagu, “musical lineage”, hingga konteks sosial-politik yang mengelilinginya—bisa menghasilkan apresiasi yang lebih dalam lagi.

Setelah bertahun-tahun mendengar Kind of Blue, gua akhirnya iseng-iseng nyariin analisis orang lain terhadapnya. Pengetahuan yang didapatkan dari situ menarik sekali. Ternyata, musikalitas Miles Davis jauh lebih besar dari sekadar bebunyian trumpet yang mengalir begitu mulus tanpa terburu apapun, yang dengan percaya diri “berdansa” dengan ruang-ruang kosong yang diberikan oleh keheningan —karakter yang begitu khas dalam Kind of Blue. Tapi album ini bukan pengejewantahan seluruh kemampuan artistik Miles Davis—ia cuma sekadar satu momen musikal dalam satu waktu yang singkat. Sebelumnya, Miles memainkan apa yang disebut bebop, suatu varian jazz dengan tempo cepat dengan perubahan chord yang begitu kompleks hanya dalam waktu singkat—begitu kontras dengan Kind of Blue yang penuh dengan “space”.

Kind of Blue sama sekali tidak terdengar sebagai bebop. Di 1940-an, jazz adalah bebop. Cepat, kompleks, “memburu” elo sebagai pendengar. Sejak Kind of Blue pada 1959, apa yang disebut sebagai jazz berubah. Jazz bukan cuma aliran deras kunci-kunci yang berprogresi penuh kompleksitas, tetapi juga musik yang dimainkan dengan pelan, penuh jeda, dengan melodi improvisasi yang mengalun tenang dan pasti—mengizinkan pendengarnya untuk ikutan humming tanpa takut ketinggalan.

Satu hal penting yang juga dibawa oleh album ini adalah modality. Gua tidak begitu mengerti soal penjelasan teknisnya. Akan tetapi, secara awam, modality adalah konsep bermusik ketika lagu tidak didikte oleh progresi chord. Dalam banyak lagu pop sederhana, misalnya, lo akan menyadari bahwa kumpulan chord yang ada di dalamnya terasa “nyambung” dan “tuntas”, seperti lingkaran perkenalan-konflik-resolusi dalam cerita. Lewat modality, prinsip progresi semacam ini—yang digunakan dalam bebop—ditanggalkan. Nggak ada upaya untuk menciptakan progresi kunci yang cepat dan makin kompleks seiring berjalannya lagu. Malah, nggak ada upaya untuk menciptakan progresi yang “tuntas”. Alih-alih progresi chord, lagu dibangun di atas perubahan mode. Konsekuensinya, terdapat kemungkinan atau variasi melodi yang lebih kaya untuk dimainkan.

Ide Miles Davis untuk memainkan jazz dalam kerangka modality bisa dilacak sejak 1953. Pada tahun itu, terbit sebuah buku berjudul The Lydian Chromatic Concept of Tonal Organization karya George Russell. Di dalamnya, Russell mengusulkan bahwa musisi jazz dapat menggunakan modal scale untuk menciptakan melodi yang lebih ekspresif. Dan sejak itulah gagasan Russell bertumbuh di kepala Miles, lalu enam tahun kemudian berkembang dan lahir sebagai Kind Of Blue.

Selama bertahun-tahun mendengarkan Kind of Blue, telinga awam gua gak pernah menangkap muatan modality dalam album ini. Akan tetapi, setelah mengetahuinya—sekaligus membandingkan dengan mendengarkan bebop atau musik-musik lain—apresiasi gua jadi bertambah. Ternyata pengalaman mendengarkan yang begitu enak dari album ini nggak hadir semata karena skill bermusik orang-orang di dalamnya. Lebih dari itu, di baliknya ada visi bermusik dan keberanian untuk mendobrak pakem-pakem standar. Dengan secuil pengetahuan soal sejarah dan teori musik, gua jadi sadar kalau album ini bukan cuma keren, ia juga revolusioner. Lewat Kind of Blue, Miles Davis mendefinisikan ulang apa yang disebut sebagai jazz.

Beberapa video YouTube menarik yang menjelaskan Miles Davis dan Kind of Blue:

kategori: ulasan | karya |