Seberapa sering kamu mengagumi pohon-pohon? Merenungi keseimbangan proporsi daun, batang, dan akarnya. Mengagumi magis yang menguar ketika tipis cahaya fajar yang keemasan jatuh menyelimutinya.
Seberapa sering kamu mengagumi langit? Betapa awan-awan sibuk berarak di atas kanvasnya, menorehkan gurat tipis-tebal yang cemerlang. Betapa ia membiru, memerah, mengungu, dan menghitam dengan cara yang perlahan, magis, laksmi.
Seberapa sering kamu mengagumi wajah-wajah asing sepanjang jalan? Senyum-senyum yang manis, tawa-tawa yang menyegarkan, tatap mangu yang menyimpan sejuta pertanyaan.
Kawan, kita tenggelam dalam lupa. Berkubang dalam sesal dan takut yang seenaknya saja muncul tiba-tiba. Terhanyut secara sukarela dalam hasrat-hasrat semu yang menari warna-warni di atas layar kaca. Tergilas oleh perintah, dokumen, dan angka-angka yang terus menumpuk di atas meja kerja.
Sampai kita luput bertanya: semua ini untuk apa?
Sampai kita tak berani melambat apalagi berhenti untuk sekadar berdoa, untuk sekadar mengagumi beringin tua yang dilewati setiap berangkat kerja, untuk sekadar melamun tanpa pretensi apa-apa, untuk sekadar berterima kasih kepada Yang Maha atas hadiah-Nya yang berupa ada.
Ya, kita lupa. Kita melewatkan banyak hal. Begitu banyak hal. Mohon ampun, Tuhan. Tolong terangi jalan sepi ini.
Juni, 2025