Blog oleh Hanif

Tempat-tempat Menyenangkan

Lombok punya tempat-tempat menyenangkan yang dengan rutin gua kunjungi.

Lombok adalah sebuah pulau. Di dalamnya ada sebuah kota: Mataram. Sebelum kuliah, sebagian besar waktu gua ada di pulau dan kota ini.

Sekarang, gua sedang berkuliah—sebuah periode di mana gua tidak sering-sering ke sana. Efeknya agak lucu: gua jadi membentuk semacam taste terhadap tempat-tempat tertentu. Deretan tempat favorit yang, ketika pulang, pasti ingin gua kunjungi dengan rutin.

Mungkin karena waktu di sana terbatas, jadi mulai membentuk kemampuan pilih-pilih. Hahaha.

#1 Jogging Track Udayana

Salah satu tempat paling menyenangkan untuk lari. Dipenuhi pohon-pohon besar dan sawah dengan track lari yang penuh retakan diterjang akar-akar besar yang menyeruak. Praktis juga: dekat rumah. Cukup 5 menit motoran atau 20 menit sepedaan.

Waktu terbaik untuk datang: 9 pagi. Sepi. Lengang. Masih sejuk dan terlindung terik oleh naungan pohon-pohon. Paling yang lari cuma beberapa orang tua. Soalnya kalau sore bakal super ramai.

Kalau mau lari yang agak hardcore, sebenarnya tempat paling oke adalah lapangan atletik di Gomong. Datang di waktu yang sama: pukul 9 pagi. Bedanya adalah nggak ada pohon. Super terik. Putaran ke sembilan dan sudah berasa setengah mampus. Tapi gua tidak datang ke Lombok untuk latihan jadi atlet, maka jogging track Udayana selalu jadi pilihan.

Gua selalu suka dengan suasana sepi, sejuk dan rindangnya pepohonan di jogging track ini. Biasanya, seusai lari, gua masih menyempatkan diri untuk duduk-duduk ngelamun atau baca buku.

#2 Pantai

Dua pantai yang sering gua kunjungi adalah Kuranji dan sebuah pantai yang gua lupa namanya di daerah Batu Layar. Jelas kalah pamor dan kalah indah kalau mau dibandingkan dengan pantai-pantai lain. Tapi keduanya selalu jadi tempat menyenangkan untuk bengong. (Lagi-lagi) sepi—kecuali weekend. Jaraknya juga tidak begitu jauh dari rumah. Yah, 30-40 menit sepedaan, lah.

Tinggal di pulau dengan kondisi alam yang baik dengan puluhan tempat rekreasi yang indah kadang-kadang membuat standar orang-orang di tempat ini jadi terlalu tinggi. Beberapa orang akan bilang keduanya sebagai pantai jelek: gua jauh dari setuju.

Memang bukan kelasnya kalau pantai-pantai ini dibandingkan dengan Senggigi atau Tanjung Aan. Tapi, bagi gua, keberadaan ombak dan pasir (asal tidak dipenuhi sampah menggunung) sudah cukup untuk membuat sebuah pantai worthed untuk dikunjungi. Ada sesuatu yang bikin tenang dari ombak yang datang terus menerus—konsistensinya, debur suaranya, chaos dalam buihnya. Kemudian, sambil memandang cakrawala yang biru, gua akan bengong.

#3 Jalanan Kota

Jalanan kota adalah faktor utama yang membuat gua betah sepedaan hampir tiap hari di pulau ini. Apa, ya, yang spesial? Entahlah. Tidak tahu juga. Tapi ia spesial, setidaknya buat gua. Hahaha. Mungkin karena banyak pohon. Mungkin karena kendaraan (meski sering macet) tidak begitu padat. Mungkin karena udara masih sejuk. Mungkin karena tempat-tempatnya familiar.


Sepertinya ini agak aneh untuk dituliskan. Tapi lama-lama gua jadi merasa kalau pulau dan kota ini hidup. Bernyawa. Punya interaksi sendiri dengan gua. Persis seperti bait-bait dalam “Under the Bridge”-nya RHCP:

Sometimes I feel like my only friend
Is the city I live in, the city of angels
Lonely as I am, together we cry

I drive on her streets ‘cause she’s my companion
I walk through her hills ‘cause she knows who I am
She sees my good deeds and she kisses me windy

At least I have her love, the city, she loves me
Lonely as I am, together we cry

Gitu deh. Dah!

kategori: personal |